Skip to main content
Artikel

Ketergantungan Narkoba

Dibaca: 148 Oleh 14 Agu 2020Desember 2nd, 2020Tidak ada komentar
Sumber : klikdokter.com. 2019. Mengapa Narkoba Bisa Bikin Kecanduan?. dr. Reza Fahlevi. Jakarta.
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Dalam masalah ketergantungan Narkotika banyak terdapat istilah untuk suatu obyek atau kondisi yang sama atau hampir sama, misalnya Narkoba, Napza dan Narkotika. Sebaliknya satu istilah bisa mempunyai pengertian yang berbeda karena sudut pandang yang berbeda, misalnya istilah ketergantungan (devendence) dapat diartikan ketergantungan fisik dan tidak ada kaitannya dengan penyalahgunaan (abuse), tetapi ada pula yang mengartikan sebagai Adiksi yaitu penggunaan zat yang tak terkendali.

Narkotika meliputi berbagai zat psikoaktif yang secara Farmakologik sangat berbeda dimasukkan ke dalam kelompok yang sama menurut Undang Undang No. 35 tahun 2009. Untuk memahami interaksi antara Narkotika dan Otak, yang mendasari terjadinya toleransi, gejala putus zat, dan ketergantungan.

Masalah ketergantungan Narkotika merupakan masalah yang kompleks, meliputi tidak hanya masalah kesehatan atau medis, tetapi juga masalah moral, hukum, psikologis, sosial, cultural dan pendidikan. Oleh karena itu dalam masalah ketergantungan Narkoba terdapat berbagai pendekatan yang patut diketahui antara lain :

  1. Pendekatan Moral

Pendekatan ini berpendapat bahwa setiap orang dianggap mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri dan bertanggung jawab terhadap konsekwensi dari pilihannya, kepada pemabuk yang mengalami keretakan rumah tangga, pendekatan ini berpendapat bahwa orang tersebut mampu menilai apakah mengonsumsi alkohol merupakan tindakan yang menguntungkan atau merugikan, mampu memutuskan untuk minum atau tidak minum, dan keretakan rumah tangganya akibat pilihannya untuk minum. Jadi bila ingin terhindar dari masalah serupa dikemudian hari, ia tahu pilihan mana yang harus dipilihnya.

Pendekatan ini berusaha untuk memberikan informasi tentang konsekuensi dari setiap pilihan yang ada dan menyadarkan seseorang terhadap pilihan yang “ tepat”.

  1. Pendekatan Sosiokultural

Pendekatan ini berpendapat bahwa Adiksi terjadi dikarenakan faktor eksternal seperti budaya, keluarga, teman, atau karena faktor psikologik. Model ini tidak sependapat dengan model penyakit dan menunjukkan bahwa dikalangan bangsa cina dan bangsa Yahudi, prevalensi alkoholisme rendah, sebab pada kedua kebudayaan tersebut konsumsi alkohol dalam jumlah yang wajar tidak dilarang, tetap penggunaan berlebihan dilarang.

Pada kedua kebudayaan tersebut, anak muda mengkonsumsi alkohol dalam konteks sosial atau seremonial bersama-sama orang dewasa. Dikalangan orang Amerika keturunan Irlandia prevalensi alkoholisme tinggi karena mengkonsumsi jumlah banyak alcohol dapat diterima dalam kebudayaan mereka. 30 %  anak dari orang tua yang alkoholik juga menjadi alkoholik dan hanya 10 % anak dari orang tua yang peminum alcohol dalam jumlah moderat menjadi alkoholik. Pada keluarga yang ikatan emosionalnya lemah, keluarga  yang kaku, atau keluarga yang terlalu moralistic mengakibatkan keturunannya cenderung menjadi alkoholik. Adiksi juga terjadi karena adanya masalah psikologis yang mendasarinya, misalnya depresi dan kecemasan.

  1. Pendekatan Penyakit

Pendekatan ini pertama kali dikemukakan oleh Jellinek (1960) berkaitan dengan terjadinya alkoholisme. Pendekatan ini di dukung dengan penelitian pada biokimia otak, dimana pada adiksi terjadi perubahan hormonal yang serupa dengan perubahan hormonal di organ pada penyakit kronis, misalnya Diabetes dan Hypertens. Jadi adiksi merupakan penyakit (gangguan jiwa) primer, bukan disebabkan oleh gangguan jiwa lainnya. Pendekatan ini dapat dipakai untuk menjelaskan masalah lain yang juga dianggap sebagai penyakit seperti EATING PROBLEM, CHILD ABUSE, JUDI, SHOPPING ADDICTION, ketegangan pramensturasi, COMPULSIVE LOVE AFFAIR. Kelemahan pendekatan ini adalah pasien tidak merasa bertanggung jawab terhadap perbuatan criminal atau kekerasan terhadap orang lain sebab perbuatan tersebut dilakukannya dalam kondisi sakit. Sebaliknya orang yang tidak menunjukkan “gejala klasik” adiksi seperti masalah pekerjaan, keuangan dan kriminal tidak dianggap sebagai seorang penderita adiksi sehingga tidak dianjurkan berobat.

  1. Pendekatan Biopsikososial

Dalam adiksi saat ini adalah suatu sindrom multivariate, artinya terdapat berbagai pola penggunaan zat psikoaktif yang bersifat disfungsional, yang dialami oleh orang dengan berbagai tipe kepribadian, dengan berbagai akibat yang berbeda-beda, dengan prognosis yang berbeda-beda serta membutuhkan intervensi terapeutik yang berbeda pula.

 

Penulis adalah Muh. Arsyad, S.K.M., Penyuluh Ahli Muda BNNP Gorontalo.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel