Skip to main content
Artikel

Sekolah sebagai Sarana Pembentukan Karakter Bagi Siswa

Dibaca: 412 Oleh 20 Okt 2021Tidak ada komentar
Sekolah sebagai Sarana Pembentukan Karakter Bagi Siswa
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Oleh : Muhammad Arsjad, S.K.M.

Gorontalo.bnn.go.id – Sekolah merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan aspek sosial remaja, sehingga remaja (siswa) tidak hanya cakap secara intelektual namun juga matang dalam emosional khususnya dalam aspek pencegahan penyalahgunaan Narkoba, diperlukan metode khusus agar informasi dan edukasi pencegahan dapat diterima secara efektif oleh kalangan remaja dengan beragam karakteristiknya.

Sekolah tidaklah semata-mata sebagai tempat dimana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran, akan tetapi sekolah adalah lembaga yang mengupayakan juga proses pembelajaran berorientasi pada nilai (Value-oriented enterprise) dan penanaman nilai (value education) melalui sekolah. Dalam aspek masa depan sekolah, bukan hanya mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga membentuk jati diri, karakter dan kepribadian. Penanaman aspek nilai di sekolah mengacu pada menumbuhsuburkan nilai-nilai yang baik dan mencegah berlakunya nilai yang buruk. Dengan penanaman yang konprehensif maka potensi perilaku beresiko anak dan remaja khususnya dalam penyalahgunaan narkoba dengan segera dapat dipetakan dan ditangani secara optimal.

Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui penanaman nilai di sekolah tentunya tidak akan bisa berjalan hanya dengan menumpukan pada pihak sekolah, diperlukan wadah kemitraan antara pihak sekolah, BNN, orang tua murid, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah setempat dalam mengupayakan bentuk pencegahan penyalahgunaan narkoba dilingkungan sekolah yang sesuai dan berkesinambungan. Sasarannya adalah anak dan remaja yang disebut sebagai generasi Z atau generasi kaum milenial yang pada saat ini banyak mengisi ruang-ruang sosial dan memegang peranan penting di era revolusi 4.0.

Revolusi 4,0. adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi pada industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional (konselir jerman Angela Merkel 2014). Secara umum revolusi industri 4,0. adalah era industri dimana seluruh entitas (sebuah obyek yang keberadaannya dapat dibedakan terhadap obyek lain, (contoh : Siswa dan Guru) yang ada didalamnya dapat saling berkomunikasi secara real time (simulasi yang bisa menyamai dengan proses sebenarnya), kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan CPS (Character Per Second) yaitu satuan ukuran kecepatan pengiriman data guna mencapai tujuan tercapainya kreasi nilai baru. Generasi Z ini lebih fleksibel dalam beradaptasi dengan teknologi baru, seiring dengan perkembangan zaman, perilaku pun turut berubah. Generasi Z bisa menjadi actor perubahan dengan berbagai ide cemerlang, inovatif dan solutif. Masalah yang ada adalah dari beberapa di antara mereka belum menyadari dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki, sehingga diperlukan sebuah pemikiran dan upaya yang mapan dan dapat membantu mereka menujukkan pada dunia bahwa mereka mampu memajukan Negara dengan kemampuan mereka sendiri maupun bersamaan dengan sekitarnya. Tantangan besar generasi ini adalah munculnya masalah pengendalian diri terhadap godaan atau tekanan sosial, permisif (serba membolehkan) ego tinggi, menjunjung tinggi kebebasan, hedonis (pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup), dan apabila tidak mampu dikelola maka semakin mudah terjerumus dalam penyalahgunaan Narkoba.

Ancaman narkoba semakin lama terus meningkat, bukan hanya di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh Negara mengalami permasalahan ini. Narkoba telah masuk hingga hampir di seluruh elemen masyarakat, tampa memandang status, tingkat pendidikan ataupun golongan strata lainnya. Bahkan bila dilihat dari sisi usia yang menjadi penyalahguna Narkoba, semakin lama kecenderungan para penyalahguna didominasi oleh mereka yang muda usianya.

Lingkungan sekolah berperan penting dalam membentuk karakter serta pola pikir anak dan remaja. Sekolah pada hakekatnya bukanlah sekedar tempat dimana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah adalah lembaga yang mengupayakan juga proses pembelajaran berorientasi pada nilai.

Salah satu upaya kemitraan yang dilaksanakan adalah dengan pengembangan Softskill (kemampuan komunikasi, karateristik seseorang, kecerdasan sosial yang melekat, serta kemampuan beradaptasi dengan baik di dalam kehidupan) anak dan remaja dalam lingkungan sekolahnya. Ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta mengembangkan kemampuan yang aplikatif kepada sekolah dalam menciptakan siswa yang adaptif (sikap yang terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun menghadapi perubahan) dalam menolak penyalahgunaan Narkoba. Diharapkan pihak sekolah memiliki opsi dalam memastikan anak didiknya siap untuk terjun ke masyarakat dengan ketahanan diri anti Narkoba yang tinggi, serta memberikan kesempatan kepada sekolah untuk makin memperkuat nilai dan mutu anak didik dalam menghadapi tantangan dan kemajuan teknologi, yang sifatnya dapat diaplikasikan pada anak didik selanjutnya.

Struktur materi dalam pengembangan softskill di tingkat anak dan remaja di sekolah merujuk pada tema utama yaitu peningkatan ketahanan diri anak dan remaja terhadap penyalahgunaan narkoba dimana proses pemberian materi sebanyak 3 ( tiga ) kali pertemuan yang terdiri dari:

1. Pemahaman materi tentang bahaya dan dampak penyalahgunaan narkoba.
(Peserta dilatih untuk pemahaman dan penguasaan materi)
2. Komunikasi efektif dan keterampilan mendengarkan.
(Peserta dilatih untuk tampil dengan tekhnik komunikasi)
3. Evaluasi hasil Praktik
(Peserta diharapkan sudah dapat terbentuk karakter dan kepribadian yang tangguh dalam menangkal pengaruh dari penyalahgunaan Narkoba).

Manfaat dilaksanakannya pengembangan Softskill ini yakni anak dan remaja (Siswa) memiliki kesiapan untuk bersih dari narkoba serta menumbuhkan kepercayaan diri dalam bersosial sehingga akan memperkuat citra positif siswa. Dalam jangka panjang, manfaatnya adalah kematangan pola pikir dan mental, serta kemampuan sebagai problem solver (kemampuan untuk menyelesaikan segala masalah dalam mengambil keputusan yang sulit) untuk diri siswa dan lingkungannya. Rata-rata kegiatan kurikuler di sekolah yang mengacu pada sofskill siswa hanya berkisar 10%, sehingga perlu dilakukan pengembangan guna memperoleh kesiapan generasi khususnya dalam menangkal pengaruh buruk penyalahgunaan narkoba. Meskipun memiliki pengertian yang berbeda dengan Hardskill (kemampuan yang dibutuhkan untuk sebuah pekerjaan) namun manfaat softskill ini dapat di kolaborasikan dalam platform (rencana kerja/ program) keterampilan remaja yaitu rean.id

Penulis adalah Penyuluh Narkoba BNNP Gorontalo 

Gambar anak sekolah by https://www.pngwing.com/id/free-png-brvty
Gambar gedung sekolah by https://www.pngwing.com/id/free-png-bqbww

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel